Selamat Datang Para Penggila Idung Mungil! Isi blog ini semata-mata untuk menghibur fans-fans semua. Selamat senang!

Selasa, 22 Oktober 2013

*Welcome to the Jungle*

Aku tulis puisi ini di ruang kotak-kotak
Buku-buku tersusun rapi dalam rak-rak
Kesedihan mengulang kenangan bangku sekolah dengan sesak

Aku pandang dinding kamar tak bergerak,
mengamati dengan penuh beban pikiran dan jantung yang berdetak.

Sesuatu telah berubah!
Semua sudah berbeda dan harus diyakinkan.

Masa depan menjadi momok sangat menakutkan
tentang krisis kepercayaan,
terhadap kemampuan diri, terhadap secarik kertas berstatus sarjana pendidikan.
Menunduk malu kepada mereka yang berharap,
kesuksesan menjadi harga mati.

Duniaku sudah berputar, takan lagi sama
Hidup bukan untuk di-sia-kan
Menantang keras gelombang sikut kiri sikut kanan
Mendepankan KEYAKINAN bahwa aku BISA!

Impian harus digenggam erat, 
jika terlepas habis-lah terang, menuju gelap yang paling pekat,
hingga akhirnya sesal didapat.

Di ruang ini, aku putar kembali memori
Kerja keras, keringat, dan air mata mereka harus ku bayar,
walau tidak akan pernah lunas.
Namun, Sukses adalah Harga Mati!

Aku tatap lagi langit dalam ruang kotak-kotak.
Duniaku benar-benar berbeda, tidak akan lagi sama.
Tanggung jawab sudah menunggu, menagih bukti bahwa aku MAMPU!
Kerja keras sudah mendorongku, untuk tetap berjuang Maju,
Semangat sudah memburu, tinggal menunggu aku mengatakan, "AKU MAU DAN MAMPU UNTUK MAJU!"

*WELCOME TO THE JUNGLE*

Senin, 21 Oktober 2013

Cantik, Si Kucing Kampung

     Selain kedua orang tua, dua bocah beringas, dan seorang bayi mungil, di rumah ada juga makhluk Tuhan paling sexy, namanya Cantik. Cantik adalah kucing kampung yang entah sejak kapan dia hadir dan menghiasi kehidupan keluarga gue. Dia kucing kampung dengan bulu putih berpadu noda hitam dan coklat, idung mungil sedikit basah, dan matanya berbelek, membuatnya sangat menggemaskan.

    Gue ingat ketika si cantik datang ke rumah di tengah hujan, dor.. dar gelap, petir menyambar-nyambar, bulunya  basah kuyup, sangat menyedihkan. Dia datang tersedu-sedu meminta pertolongan. Bapak langsung datang menghampirinya dan memberikannya handuk. Dia terlihat sedih, mungkin dia akan mengakhiri hidupnya.

     "Kenapa?" tanya Bapak.
    "Hidupku sudah tidak ada artinya pak. Aku diusir dari rumah sebelah, katanya aku ini tidak berguna, nangkap tikus aja nggak becus. Padahal mereka nggak tau pak, kalau saya pobhia tikus, makanya yang saya kejar itu cicak, minimalkan di rumahnya nggak ada cicak? Benerkan pak? Huhu... hidup saya nggak ada artinya lagi pak, saya mau bunuh diri saja! ARGHH," dia langsung teriak, mengagetkan kita semua.

    Gue yang memperhatikan kejadian itu terbawa suasana, tiba-tiba saja air mata ini mengalir, perih. Gue langsung teriak, "Siapa yang taro bawang di SINI!?".  Mama juga yang sedari tadi diam, akhirnya membuatkannya kopi panas, karena mama pikir kucing itu kesurupan.

   "Kamu tidak boleh putus asa, hidup itu anugrah. Apa pun keadaanmu, kamu tetap harus bersyukur," kata Bapak bijak. Bapak menghembuskan napas panjang, seperti sedang berpikir, lalu tiba-tiba dia berkata, "Bagaimana kalau kita rawat dia?"

    Gue langsung keluar, pura-pura liat awan. Mama langsung kembali ke dapur, pura-pura liat piring. Kedua bocah beringas langsung berhadapan, pura-pura berantem. Eh bukan pura-pura, memang berantem beneran. Mereka berantem untuk memperebutkan si Cantik. Kedua bocah itu, Zidan dan Opik bahagia karena bapak mengijinkan merawat kucing itu. Mereka berebutan mendapatkan si Cantik. Zidan memegang kepalanya, Opik kaki dan buntutnya. Bisa dibayangkan, tubuh si Cantik mendadak elastis.

   Tidak terasa sudah 5 tahun kami hidup bersamanya. Gue nggak nyangka dia akan betah tinggal di rumah kami. Padahal gue jarang banget kasih dia makan, tapi sepertinya dia tidak pernah merasa lapar. Mungkin dia sudah jajan di luar, karena gue lihat dia sering pulang malam dengan keadaan perut membuncit.

Minggu, 20 Oktober 2013

3 Momen, Ide Nongol di Saat Nggak Tepat!

Selamat malam!
Selamat merayakan kegembiraan dengan bersantai sambil ngopi atau sekedar nyicip henbodi. Segala yang terjadi hari ini semoga memperbaiki hal-hal yang tidak dikehendaki menjadi sesuatu yang baik dan diberkati. Ada beberapa hal yang gue nggak ngerti dan menjadi beban di hati. Mungkin sebagian orang tidak memahami tapi gue berusaha untuk mengatasi. *NGOMONG APA SIH GUE??


Akhir-akhir ini, banyak fans mulai menggunakan akal sehatnya. Mereka sadar bahwa gue bukanlah idola sesungguhnya, karena idung gue kurang melambai-lambai (katanya). Sebagian berpikir, kenapa mereka harus rela menjadi pengikut idung mungil dan menggilainya, padahal hanya seupil curcolan lah yang mereka dapatkan.

Ini benar-benar terjadi. Gue kaget ketika pagi hari, saat acay masih mengelayut manis di pipi gue, gue mendapati sebuah kabar mencengangkan. Follower twitter gue yang berjumlah 578 mendadak menjadi 577!! Ini menjadi berita utama di media. Inpoteimen dan semua lembaga pers memberitakan hilangnya fans idung mungil. Gue panik, gue panik, fans gue menghilang. 

Sedih rasanya, sudah susah payah ngebangun popularitas gue, dari mulai kembang kempisin idung, perkembangbiakan idung, sampai idung joget ceisar pun gue lakukan demi kelestarian idung mungil. Sekarang idung mungil kehilangan karismanya. Dia tidak berkilauan lagi.

Ada yang salah dengan gue? dengan isi blog-blog gue? atau idung gue yang udah terlanjur menggemaskan ini? HAH? Coba katakan? apaaa? kenapa fans gue bisa menghilang? kenapaa??  *lalu lari ke tengah hujan sambil nangis*

Sabtu, 19 Oktober 2013

Testimoni Anak Ciparay

Dulu gue pernah menjadi seorang guru. Jangan salah sangka, gue mengajarkan kebaikkan ko. Cuma di blog ini aja kadang gue suka nyesatin orang. *oke jangan siksa idung gue*

Saat gue mengajar di SMA Negeri 1 Ciparay, ada perasaan menyenangkan menjadi seorang guru. Kenapa? karena menjadi seorang guru, gue mengamalkan apa yang gue bisa, yang gue punya, yang bagi gue nggak seberapa tapi berguna bagi orang lain dan gue dapet pahala. Menyenangkan bukan? Ditambah murid-muridnya yang welcome banget sama gue. Mereka bukan sekedar murid bagi gue, tapi menjadi  fans-fans yang menggeliat dan teman baik. 

Maka dari itu, saat gue menyelesaikan tugas gue menjadi guru PPL, gue merasa sedih banget. Gue bakalan jarang banget ketemu sama mereka, kecuali Allah menjodohkan kita kembali di suatu tempat dan waktu berbeda. Gue sedih kehilangan murid-murid terbaik seperti mereka. Seandainya gue jadi guru, gue mau murid-murid gue aktif kaya mereka.

Mereka sempat menulis testimoni tentang gue selama gue ngajar. Pas baca gue inget lagi betapa hangatnya mereka sama gue. Silahturahmi kita nggak pernah putus. Mereka menjadi semangat buat gue. Saat skripsi gue mentok, murid-murid gue ini nggak putus mendoakan gue supaya cepet sarjana. Di twittet, BBM, Facebook, sampe SMS mereka terus menyemangati dan mendoakan kesuksesan gue. Gue terharu. Gue sayang merekaa...


Gue baca lagi testimoni mereka, sampai akhirnya gue kangen... kangen sama murid-murid gue ini.


Bercerita Sunyi


Ceritakan padanya
bahwa dingin menyelinap masuk dalam dada
mengubah rasa mengganti hampa
terkubur bersama waktu yang ada

Ceritakan padanya
bahwa gelap menjadi hal yang berharga
melebihi bayangan bintang di surga
memeluk keheningan dengan bangga

Ceritakan padanya
bahwa sendiri lebih bahagia
memposisikan kehidupan dunia
menjauhkan sisi kebisingan dan arti setia

Ceritakan padanya
Tentang dingin…
Tentang gelap…
Tentang sendiri…
Tentang sunyinya hati ini!


gambar google

Cerita Rumit

Aku pergi dulu ya nis
Itu sms terakhir dari Sidik sebelum dia berangkat ke Nusa Tenggara Barat, untuk menuntaskan tanggungjawabnya sebagai ketua umum organisasi pecinta alam di kampusku. Dia mengerjakan salah satu program kerja organisasinya untuk mendaki gunung yang berada di Indonesia, dan besok dia menapakkan kakinya di atas puncak tertinggi, Rinjani. Dia pasti akan menghirup udara segar sebanyak-banyaknya, tak terbatas, tanpa mengkhawatirkan polusi, dan juga melihat pemandangan menakjubkan.
Aku akan merindukannya. Sosok yang gagah dan bertanggung jawab itu adalah seseorang yang selalu hadir dalam setiap mimpi, menemaniku dalam kesendirian, dan menjadi moodbooster kesayangan.  Dia hadir melengkapi hari-hariku. Dia perlahan masuk dalam hembusan nafas, yang teratur masuk dari hidung, lalu ke kerongkongan, menuju paru-paru, namun tersesat ke dalam hati, dan menjadi salah satu penghuninya.
“Heh, ngelamun aja!” suara Falah mengagetkanku.
Aku terkejut. Dadaku hampir copot dibuatnya. “Ih, ngagetin aja,” aku mencoba keluar dari lamunan. Gawat, Falah tidak boleh mengetahui apa yang ada dipikiranku. “Gimana udah siap?” tanyaku mengalihkan.
“Oh, siap dong, tinggal berangkat,” ucapnya kemudian sambil mengecek lagi barang-barang yang hendak dibawanya.
“Ke sana naek apa sih?” tanyaku.
“Naek pesawat dulu ke Bali, langsung nyebrang pake kapal ke sananya. Kenapa? Mau ikut?” ajak Falah sambil mengedipkan mata.
“Hmm… mau bebep. Pengen ikut, nanti kalau aku kangen gimana?” ucapku manja.
Falah hanya tertawa, lalu memelukku erat, “Nih gini caranya kalau kangen, peluk aja, nanti kangennya ilang.”
Aku hanya terdiam dalam pelukannya. Bodoh, aku meluk siapa kalau kamu pergi. Tapi aku tidak berkomentar apa-apa, hanya merasakan hangat tubuhnya sebelum dia berangkat naik gunung. Naik gunung? Ya dia adalah salah satu anggota Pecinta Alam yang diketuai oleh Sidik, yang akan ikut serta menginjakkan kakinya di puncak Rinjani.
“Jam berapa berangkatnya bep?” Tanyaku masih dalam pelukannya.
“Besok jam 9.”
“Hah? Sama dong…” teriakku sambil melepaskan pelukan.
“Dia juga berangkat jam 9?”
Aku hanya mengangguk. Falah tersenyum menjailiku. Hidup ini sungguh rumit. Memang rumit atau aku yang membuatnya rumit? Rumit! Aku menghela napas panjang. Falah memelukku lagi, entah, sangat nyaman dipeluk dan berada di sampingnya. Hingga melupakan kerumitan ini…

***

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...