BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendekatan kepada calon mertua melalui metode SKSD dan pencari perhatian merupakan fenomena berpacaran. Pendekatan ini berkelanjutan dan tidak dapat dipisahkan, harus mendapat perhatian dan dukungan kekasih tercinta, baik bentuk moril maupun semangat memperkuat fisik dan mental. Pendekatan kepada calon mertua, harus melalui tindak tanduk perilaku yang berbudi pekerti yang baik, serta berbahasa yang sesuai Ejaan Yang Disempurnakan, sehingga berimplikasi pada sistem kepercayaan diri yang kuat dan bermental baja. Jauh dari kata deg-degan maupun cenat-cenat tingkat lanjutan.
Kurangnya persiapan dalam proses pertemuan antara pacar dan calon mertua biasanya di dasari oleh beberapa faktor:
- adanya rasa malu
- gugup atau merinding melihat mertua
- kurangnya kosakata yang sopan, kebanyakan bahasa alay dan pergaulan ibukota yang cetar membahana
- kurangnya pengalaman sosial, sehingga terlihat bodoh dalam menyampaian maksud dan tujuan
- tidak terjalinnya komunikatif dikarenakan salting berlebihan
B. Rumusan Masalah
a. Bagaimanakah cara-cara pendekatan terhadap calon mertua?
b. Apa Camer itu?
c. Dimanakah tempat membuang muka yang baik, ketika sudah tidak sanggup menatap calon mertua?
C. Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai ialah:
a. mengetahui tata cara pendekatan dengan metode SKSD dan pencari perhatian yang baik.
b. mengetahui bagaimana Camer sesungguhnya.
c. mengetahui tempat pembuangan muka yang baik.
D. Ruang Lingkup
Ruang lingkup pembahasan masalah dalam pendekatan terhadap calon mertua ialah segala sesuatu yang berkenaan dengan masalah kehidupan berpacaran ditinjau dari aspek percitraan masyarakat perkotaan.
BAB II
Landasan Teori
Menurut Wikipedia, "Mertua adalah sebutan dalam hubungan/sistem kekerabatan yang merunjuk pada orang tua istri atau suami. selain merujuk pada ayah mertua dan ibu mertua juga dapat merujuk pada kakek atau nenek mertua."
Pendekatan yang sedang berkembang telah mejadi masalah lama, jika si x tidak mempersiapkan diri dalam menghadapi calon mertua. Dalam periode antara 1003-2013 ini, jumlah x untuk mendekati mertua akan menghasilkan kegugupan yang berkepanjangan, sampai rela melepas mukanya akibat rasa malu.
Kesalahan berbahasa pun sering mungkin terjadi karena kurang nya konsep percaya diri dan mental yang lemah. Terkadang dalam berbahasa pun menjadi tidak kohesi dan koherensi, menjadi ambigu dan dianggap ngaco atau istilah lainnya "pabeulit". Adapun kurangnya persiapan dalam menghadapi calon mertua adalah:
A. Adanya Rasa Malu
Hal ini wajar karena rasa malu yang ditimbulkan berkenaan ketidakkenalan. Malu menghadapi calon mertua menjadikan kesalahan berbahasa semakin meningkat.
contoh:
calon mertua : neng, asli orang mana?
x : ...............
Si X tidak mengatakan sepatah katapun, karena rasa malunya terlalu tinggi, sehingga pertanyaan yang standar saja tidak sanggup untuk dijawab. X yang malang.
B. Gugup atau Merinding Melihat Camer
Sudah dihinggapi rasa malu, guguplah yang membuat segalanya menjadi berantakan. Dalam hati sudah merangkai kata-kata, saat pengucapan menjadi tidak jelas.
contoh:
calon mertua: tadi dari mana?
x: dari hatimuuuuuuuuuuuuuuuu.....
(buuuuyyaaaaaaaaaaaaaaaaarrrr kan otak lo?)
C. Kurangnya Kosakata yang Sopan, Kebanyakan Bahasa Alay dan Pergaulan Ibukota yang Cetar Membahana
Akibat kurangnya pergaulan, membuat kosakata si petutur menjadi tidak berbanding lurus dengan Ejaan yang Disempurnakan. Kebanyakan menggunakan bahasa alay membuat lidah di petutur kepada penutur mudah keseleo. menjadi kesalahan berbahasa yang fatal.
calon mertua: sudah makan ?
x : ud4h 93toooo loo00000hhh
D. Kurangnya Pengalaman Sosial, sehingga Terlihat Bodoh dalam Menyampaian Maksud dan Tujuan
Pada kenyataannya pengalaman sosial dan ilmu pengetahuan memanglah dibutuhkan. Termasuk dalam menghadapi persoalan ini. Kurangnya pengalaman akan semakin terlihat bodoh dalam pengucapan maksud dan tujuan.
contoh:
x : saya turunan belanda lohh
calon mertua: kenal sama van persie ?
x : iya, kemarin dia macul di sawah saya
calon mertua : ???
E. Tidak Terjalinnya Komunikatif dikarenakan Salting Berlebihan
Untuk memahami faktor-kaftor yang mempengaruhi tindak dari terjalinnya komunikatif, menurut Drs. Wiupaah dalam bukunya "Memahami Komunikasi kepada Camer", menegaskan perlunya memperhatikan dan mengenal semua unsur dalam proses komunikasi.
Salting atau salah tingkah adalah kesalahan dalam perilaku. Salting mengakibatkan orang terlihat bodoh.maka dari itu unsur-unsur dalam kesaltingan haruslah ditinjau ulang.
BAB III
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Dengan proses pendekatan kepada calon mertua, maka dapat disimpulkan akibat-akibat yang timbul di depan calon mertua.
Maka sebaiknya yang dibutuhkan para calon menantu adalah:
1. Menyiapkan diri, fisik maupun mental
2. Memiliki niat memperbaiki diri
3. Berlatih menjadi menantu idaman
B. Saran
1. Lebih baik siapkan kantong keresek untuk membuang muka anda disaat yang tepat
2. siapkan tali dan baigon, bila sewaktu-waktu dibutuhkan.
tulisan ini jauh dari kebenaran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar